WD | HARI Indonesia kembali memperingati Hari Pers Nasional (HPN) yang dipusatkan di Medan, Sumatra Utara, dengan tema “Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat”. Hari Pers Nasional kali ini sangatlah strategis, terlebih menjelang tahun Pemilu serentak 2024,
Beberapa kalangan menilai kebebasan adalah roh bagi pers. Kebebasan pers merupakan bagian dari kebebasan berpendapat yang dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 2 UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers menyebut kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
Memang, tanpa adanya ruang kebebasan yang memadai, pers tidak akan pernah leluasa bergerak dalam menjalankan fungsinya. Hal itu terutama fungsi pers dalam konteks pengawasan dan kontrol sosial.
Meski demikian, Presiden RI Joko Widodo menekankan pentingnya kebebasan pers yang bertanggung jawab dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip dan etika jurnalistik. Tentu, yang dimaksud di sini adalah bebas yang bertanggung jawab, yakni berorientasi pada tanggung jawab, khususnya dalam tahun politik.
Ini bisa diartikan jangan hanya bicara soal kebebasan pers, tetapi yang terpenting adalah pemberitaan yang bertanggung jawab. Pemberitaan yang bertanggung jawab adalah pemberitaan yang dikonfirmasi kebenarannya menggunakan prinsip-prinsip etika jurnalistik yang baik.
Sedangkan kata martabat memberi makna bahwa sesungguhnya diperlukan penguatan kemartabatan (harga diri) bagi para wartawan, jurnalis, reporter atau siapa saja termasuk dalam ruang pers. HPN diharapkan menjadi media perenungan atau koreksi diri untuk mengembalikan peranan pers sebagai penyampai informasi, edukasi, hiburan dan kontrol sosial yang berpedoman pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.
HPN kali ini diharapkan agar pers dapat berfungsi menjadi salah satu pilar demokrasi, hanya berpihak pada kebenaran dan kepentingan umum. Kita berharap pengalaman lima tahun lalu tidak terulang kembali pada 2024, ketika media terbelah sesuai dengan keberpihakannya terhadap aliran politik yang menggerakkannya.
Pers Bebas, Demokrasi Bermartabat, semoga tidak hanya sekadar slogan, yang kemudian hilang seiring bubarnya pesta.
Fardinal